Jajanan
Bagi kebanyakan orang, jajan merupakan suatu “hobi” yang menyenangkan. Beragam alasan bisa dikemukakan mengapa orang lebih memilih jajan daripada masak sendiri kudapannya. Praktis adalah “lagu wajib” mengapa orang rela nongkrong, bahkan ngantri, di warung atau di gerai makanan.
Selain itu, warna makanan yang memikat mata serta rasa gurih yang memberi sensasi di lidah memang kerap menjadikan jajanan terasa lebih nikmat. Di balik semua itu, ada bahaya yang mengintai keluarga Anda. Tidak semua jajanan sehat. Seiring dengan menurunnya kualitas hidup, justru jajanan menjadi lawan kesehatan Anda dan keluarga.
Bahaya makanan jajanan sekolah dan makanan umum lainnya bisa muncul untuk jangka pendek, bisa juga dalam jangka panjang. Bahaya jangka panjang jajanan yang tidak menyehatkan muncul apabila bahan tambahan dalam makanan-minuman bersifat pemicu kanker, gangguan syaraf, dan penyakit degeneratif lain. Bahaya jangka pendek adalah terjadinya keracunan makanan akibat tercemar mikroorganisme, parasit, atau bahan racun kimiawi (pestisida). Muntah, diare, hingga keracunan makanan sering ditemukan. Tak jarang, keracunan itu merenggut nyawa, terutama pada anak-anak.
Keracunan Makanan
Banyak berita di media yang mengungkap kasus keracunan jajanan pada anak-anak sekolah. Sangat memprihatinkan! Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya nutrisi dalam jajanan yang ada di sekolah-sekolah, padahal kebutuhan nutrisi anak pada fase sekolah sangat tinggi.Keracunan makanan bisa disebabkan oleh unsur fisik, kimia, dan biologis. Unsur fisik tampak dalam barang-barang yang secara sengaja maupun tidak tercampur dalam makanan, seperti karet, rambut, serangga, dll. Unsur kimia ditandai dengan penggunaan bahan tambahan secara sengaja kedalam pangan, seperti pengawet, penggurih, dsb. Dan, unsur biologis yang dapat menyebabkan makanan menjadi beracun disebabkan oleh mikroba dan binatang. Mikroba sering menjadi penyebab utama keracunan makanan.
Pada jajanan yang sering kita temui di pinggir-pinggir jalan, bahaya tersebut masih ditambah dengan berbagai faktor risiko lain, seperti kualitas pangan itu sendiri, pekerja, peralatan, proses pengolahan dan pembersihan, serta dari konsumen sendiri.
Mari, kita tengok bahan-bahan apa saja yang kerap dicampurkan dalam jajanan....
Zat Warna Tekstil
Alasan penggunaan: Murah, warna menarik.
Pewarna tekstil itu kerap dicampurkan dalam saut tomat dan sirup sehingga harga produksinya sangat murah karena hanya dibutuhkan sedikit pewarna saja untuk mewarnai sebanyak mungkin.
Efek: Zat warna tekstil jenis Rhodomin-B adalah senyawa yang sering disalahgunakan untuk mewarnai makanan dan dipercayai berpotensi menimbulkan efek jangka pendek berupa mual dan pusing. Tidak hanya itu, bahaya jangka panjang zat warna tekstil itu adalah bahaya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang lama.
Air Mentah
Alasan penggunaan: Irit gas, murah.
Penggunaan air mentah memang lazim digunakan mengingat harga gas dan bahan bakar yang semakin mahal, toh rasa air mentah dapat tersamarkan.
Efek: Tanpa pemanasan sampai mendidih, bakteri dan mikroba yang terdapat dalam air tidak bisa mati. Bakteri yang kerap menjadi sumber penyakit adalah Entamoeba Coli yang bisa menyebabkan disentri, muntaber, diare, bahkan kolera.
Bahaya Cacing
Alasan: Kecerobohan, kurang higienis.
Bahaya jangka panjang yang lain juga muncul bila jajanan tidak higienis adalah paparan cacing. Cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, dan cacing cambuk adalah jenis-jenis cacing yang lazim ditularkan dari makanan jajanan.
Efek: Banyak pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa. Biasanya, seseorang baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan pemeriksaan tinja di laboratorium. Pada kebanyakan kasus pada anak, cacingan bisa berakibat kekurangan darah (anemia).
Bahan-Bahan Berbahaya
Berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya yang sering digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung jawab. Semoga dengan mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih berhati-hati di kemudian hari.Gula bibit
Alasan Penggunaan: Keuntungan lebih banyak.
Demi meraup keuntungan, banyak sekali penjual jajanan yang tidak sepenuhnya menggunakan gula asli (gula pasir maupun gula merah), melainkan memilih gula bibit atau gula sintetis. Padahal, gula bibit tidak semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh lebih murah dibanding gula asli.
Efek: Belakangan, pemanis buatan jenis aspartam gencar dilarang karena efek buruknya terhadap kesehatan, antara lain berpengaruh bagi perkembangan otak.
Penyedap Rasa
Alasan Penggunaan: Makanan makin gurih dengan bumbu yang minim.
Semakin banyak penyedap dituangkan, semakin gurih rasa barang jualannya. Dari kacamata ekonomi, akan lebih menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena menambah lezat cita rasa jajanan.
Efek: Efek jangka pendek yang sering ditemui adalah mual, eneg, pusing-pusing, bahkan efek alergi bagi yang tidak tahan (post restaurant syndrome). Bila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, penyedap buruk efeknya terhadap susunan saraf pusat.
Formalin dan boraks
Alasan Penggunaan: Makanan menjadi awet dan terlihat menarik.
Selain digunakan buat pengawet mayat agar tidak lekas membusuk, formalin dan boraks juga banyak masuk ke industri makanan. Agar awet tidak lekas rusak, industri bakso, ikan asin, mie, dan tahu memanfaatkan formalin.
Efek: Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak antara lain adalah bersin-bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Untuk jangka panjang, efeknya mengarah pada kerusakan sistem saraf pusat, insomnia, impotensi, infertilitas, dan kanker.
Minyak Goreng Bekas (Jelantah)
Alasan penggunaan: Lebih untung.
Banyak jajanan gorengan pinggir jalan juga menggunakan minyak goreng bekas, oplosan, atau hasil saringan.
Efek: Minyak goreng bekas bersifat karsinogenik karena bersifat jenuh sehingga berpotensi menyebabkan kanker, terutama kanker usus besar.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Beragam jajanan tidak bisa kita batasi begitu saja karena memang itu adalah salah satu sumber hidup banyak orang. Kita sendirilah yang harus bijak melindungi anak-anak dan keluarga kita dari efek negatif jajanan pinggir jalan.- Biasakan anggota keluarga kita tidak jajan. Didik anak kita agar tidak suka jajan sedari kecil.
- Bekali anak ke sekolah dengan bekal penganan dan makanan dari rumah.
- Usaha sekolah membuat kantin sekolah yang pengelolaan makanannya diawasi dengan ketat.
- Jika terpaksa jajan, pilih makanan yang higienis.
- Perkuat sistem kekebalan alami tubuh kita dengan suplemen kesehatan.
Persediaan Produk HDI Untuk Di Rumah
Nah, sekarang kita makin tahu efek bahaya dari jajanan, bukan? Dengan lingkungan luar yang makin tidak sehat, rumah menjadi satu-satunya benteng kebersihan. Jadikan rumah sebagai sumber makanan sehat dan bergizi. Kalau di rumah sudah memuaskan, mengapa harus cari di luar?Saat paparan penyakit akibat efek negatif makanan luar rumah tidak lagi bisa terhindarkan lagi, satu-satunya jalan adalah dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh dan sistem pencernaan kita.
teriamakasih banyak, sangat menarik sekali pembahasannya...
BalasHapus