Berani Hidup
Berani hidup berarti mensyukuri anugrah kehidupan dari Sang Kuasa dengan mengusahakan sebuah kehidupan yang mulia. Bekerja dengan cara yang benar adalah salah satu aspek penting cara mewujudkan kehidupan yang mulia ini.
Saat ini banyak kita temui pengemis dan gelandangan yang menggantungkan hidup dari belas kasihan orang lain. Banyak di antara mereka yang memang sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan fisik.
Tetapi, tidak sedikit dari mereka yang berpura-pura menjadi pengemis, bahkan tak jarang dari mereka menjadikannya sebagai sebuah profesi. Tak ayal, beragam cara dilakukan untuk menarik simpati dan rasa iba orang lain, dari meminjam anak hingga menggunakan trik agar terlihat cacat.
Perlu Keberanian
Apa yang tersirat di dalam fenomena itu? Kurangnya keberanian untuk hidup. Banyak orang menggaungkan semboyan “Berani Mati!” Memang, adalah benar jika kematian itu merupakan peristiwa yang menakutkan. Tetapi, bukannya justru sesudah mati, kita tidak merasakan apa-apa lagi dan tidak lagi berjuang.Bukankah lebih mulia menggaungkan semboyan “Berani Hidup!” Mengapa? Karena hidup bukanlah sebuah pengalaman mudah. Hidup membutuhkan perjuangan, kerja keras, dan tentu butuh keberanian untuk menjalaninya.
Bekerja dengan cara yang benar adalah salah satu aspek penting cara mewujudkan kehidupan yang mulia ini. Kerja adalah sebuah pengorbanan sekaligus nikmat yang tak terkira. Aspek kedua adalah mensyukuri semua anugrah yang ada, sekecil apapun itu.
Kurangnya rasa syukur yang dalam akan menghilangkan makna hidup yang sebenarnya. Hidup sendiri adalah anugrah yang perlu disyukuri. Berapa juta orang yang tergeletak sekarat di rumah-rumah sakit mengharapkan anugrah ini? Sangat ironis, ketika kita yang bisa hidup normal justru tidak menghargai hidup ini dengan memelihara rasa tidak bersyukur dan mewarnai hidup ini dengan kekuatiran.
Kuatir dan Galau
Kekuatiran yang luar biasa membebani setiap langkah yang diambil di dalam hidup, membuat hidup kita sering galau. Kegalauan hati juga memberi warna kelabu, sehingga meniadakan keberanian untuk mengubah diri. Dengan memercayai bahwa diri kita lemah dan tidak berdaya, maka alam bawah sadar kita sungguh percaya bahwa kita itu lemah dan tidak berdaya. Jadilah di dalam benak hanya ada satu yang dicari-cari: rasa belas kasihan bagi diri kita, yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri.Di era trend musik yang mengusung musik melayu, kita disuguhi lagu-lagu yang mendayu-dayu nan sendu, “Betapa malangnya nasibku, ayah tidak punya, ibunda hidup susah kerja sendirian.” Atau, “Kasihani aku karna kutak laku-laku.” Tema-tema lagu yang seakan mengasihani diri itu membentuk pola pikir bahwa hidupku perlu dikasihani.
Dengan pola pikir seperti itu, kita akan sulit mengembangkan kehidupan ini karena hidup kita ditentukan oleh belas kasihan dan bantuan orang lain. Hidup harus diperjuangkan sendiri, kita sendiri yang menentukan akankah hidup kita berhasil atau hancur.
Saudara, setiap hari haruslah menjadi hari yang lebih baik daripada kemarin. Dan, ini tidak bisa didapat dengan memanjakan diri dengan, “Aku ini orang yang perlu dikasihani".
Seperti billionaire philanthropist terkenal James Stowers, pendiri American Century Investments pernah berkata, “If you don’t think tomorrow is going to be better than today, why get up? You’ve got to believe each new day is going to be better, and you have to be determined to make it so. If you are determined, then certainly... the best is yet to be.”
Jika Anda tidak yakin bahwa hari esok akan lebih baik, mengapa bangun pagi? Anda harus percaya bahwa setiap hari baru akan menjadi lebih baik dari kemarin dan Anda mesti usahakan untuk menjadikannya demikian. Keyakinan Anda akan menjadikannya yang terbaik, jauh lebih baik.
Keberanian untuk hidup berarti tidak mengasihani diri sendiri sama sekali. Berani hidup berarti berani menanggung kesulitan hidup karena mempunyai kepercayaan diri yang besar bahwa semuanya pasti bisa diatasi. Setiap hari adalah hari baru yang pasti lebih baik daripada hari kemarin. Kalau begitu, apa lagi yang perlu dikuatirkan? Mari, kita menangkan kehidupan ini.
Berani Hidup dan Memenangkan Kehidupan.
Jennie S. Bev (penulis, pengusaha, dan edukator)
0 komentar :
Posting Komentar