Peran Ayah
Ayahku juara!” teriak seorang anak saat melihat ayahnya berhasil memenangkan perlombaan catur. Raut bangga jelas terlihat di muka anak kecil itu, seakan ayahnya adalah orang nomor satu dalam hidupnya.
Mungkin, secara kualitas, level perlombaan yang dimenangi sang ayah masih ecek-ecek. Tapi, bagi si anak, memenangkan perlombaan itu berefek besar. Dia melihat sang ayah sebagai orang yang berjuang dan berkompetisi secara total dan makna itu akan membekas dalam diri anak.
Hidup Adalah Kompetisi
Semangat untuk berkompetisi menjadi yang terbaik dibutuhkan anak untuk memacu semangat mencapai hal terbaik dalam hidupnya, misalnya dalam hal akademik. Kemampuan untuk berkompetisi dibutuhkan untuk menyiapkan anak saat dia harus menjalani kehidupan yang lebih luas. Kelak, dia harus berkompetisi dan bersaing dengan banyak orang untuk mendapatkan peluang terbaik.Semangat berkompetisi membuat seorang anak menjadi pribadi yang tangguh. Dia akan terus mencoba dan tak mudah menyerah. Jika anak terlatih untuk berkompetisi sejak kecil, dia bisa menghargai kemenangan sebagai sebuah hasil dari perjuangan. Di sisi lain, dia juga terlatih untuk memaknai kegagalan sebagai sebuah tantangan untuk mencoba lagi dan menemukan solusi. Sejak kecil, semangat tersebut harus ditanamkan dan itu dominan menjadi tugas seorang ayah.
Peran Ayah
Salah satu hal penting dalam figur seorang ayah adalah keteladanan untuk bekerja keras dan berkompetisi di lingkungan luar. Itu yang jarang didapatkan seorang anak pada figur ibunya. Figur ibu lebih cenderung ke dalam, menggunakan emosinya untuk merawat dan menghibur. Itu berbeda dengan figur ayah yang lebih menonjol dan menunjukkan otoritasnya untuk berkompetisi dan memperoleh yang terbaik untuk keluarganya. Seorang ayah cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi.Berbagai penelitian yang dilakukan selama empat dekade telah membuktikan bahwa seorang ayah memiliki peran dalam kesuksesan anak-anaknya. Peran seorang ayah dapat mempengaruhi kehidupan
sosial, prestasi di sekolah, dan pencapaian cita-cita anak-anaknya. Seorang balita dengan keterlibatan ayah secara intensif memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan juga IQ lebih baik pada usia ke-3. Pada usia sekolah, pelajar yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya memiliki prestasi yang lebih baik dan juga kepercayaan diri lebih tinggi.
Emosi Lebih Stabil
Seorang ayah cenderung lebih dapat menjadi teman bermain bagi anak-anaknya daripada ibu. Dari interaksi ini anak-anak akan belajar banyak dari ayah mereka. Anak-anak yang memiliki sosok ayah di sisinya akan lebih merasa terlindungi dari bahaya sehingga memiliki sifat lebih pemberani.Seorang ayah memiliki ketegasan yang lebih besar dibanding seorang ibu, karena itu peran ayah sangat besar dalam menghasilkan anak-anak yang disiplin. Seorang ibu akan lebih menggunakan perasaan dan sering menerima alasan yang dilontarkan anak-anak mereka. Ayah memiliki kestabilan emosi yang lebih baik. Mengapa? Karena secara kodrati, lelaki dilahirkan dengan lebih sedikit mendapat “gangguan emosi”, seperti saat menstruasi, hamil, atau melahirkan. Kestabilan emosi ini dapat menular ke emosi anak sehingga menjadi lebih stabil.
Tentu, tidak semua laki-laki bisa mempunyai semangat kompetisi dan kestabilan emosi yang bisa ditularkan kepada anak-anaknya. Tapi, menurut Psikologi Perkembangan Erik Erikson, setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan umur dan peran sosialnya. Nah, setiap laki-laki bisa berkembang untuk menjadi teladan terbaik bagi anaknya saat dia menjadi ayah. Andakah sang ayah juara itu?
0 komentar :
Posting Komentar